Sabtu, 26 Maret 2011

plta


PLTA merupakan salah satu tipe pembangkit yang ramah lingkungan, karena menggunakan air sebagai energi primernya. Energi primer air dengan ketinggian tertentu digunakan untuk menggerakkan turbin yang dikopel dengan generator.


Spoiler for PLTA:
1.Waduk
2.Main Gate
3.Bendungan
4.Penstock
5.Katup Utama
6.Turbin
7.Generator
8.Draftube
9.Tailrace
10.Transformator
11.Switchyard
12.Kabel Transmisi
13.Spillways

Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan pusat pembangkit tanaga listrik yang mengubah energi potensial air ( energi gravitasi air ) menjadi energi listrik. Mesin penggerak yang digunakan adalah turbin air untuk mengubah energi potensial air menjadi kerja mekanis poros yang akan memutar rotor pada generator untuk menghasilkan energi listrik.
Air sebagai bahan baku PLTA dapat diperoleh dapat diperoleh dengan berbagai cara misalnya, dari sungai secara langsung disalurkan untuk memutar turbin, atau dengan cara ditampung dahulu ( bersama – sama air hujan ) dengan menggunakan kolam tando atau waduk sebelum disalurkan untuk memutar turbin.

Spoiler for Waduk:
PLTA dengan Waduk
Air dari sungai atau lebih ditampung disuatu tempat untuk mendapat ketinggian tertentu dengan jalan dibendung. Air dari waduk tersebut dialirkan melalui saluran terbuka melalui pintu air ke saluran tertutup yang selanjutnya melalui pipa pesat menggerakan turbin untuk membangkitkan tenaga listrik.






PRINSIP PLTA DAN KONVERSI ENERGI

Pada prinsipnya PLTA mengolah energi potensial air diubah menjadi energi kinetis dengan adanya head, lalu energi kinetis ini berubah menjadi energi mekanis dengan adanya aliran air yang menggerakkan turbin, lalu energi mekanis ini berubah menjadi energi listrik melalui perputaran rotor pada generator. Jumlah energi listrik yang bisa dibangkitkan dengan sumber daya air tergantung pada dua hal, yaitu jarak tinggi air (head) dan berapa besar jumlah air yang mengalir (debit).
Spoiler for Skema:
Gambar Skema Konversi Energi PLTA





Untuk bisa menghasilkan energi listrik dari air, harus melalui beberapa tahapan perubahan energi, yaitu:

1. Energi Potensial
Energi potensial yaitu energi yang terjadi akibat adanya beda potensial, yaitu akibat adanya perbedaan ketinggian.
Besarnya energi potensial yaitu:
Ep = m . g . h
Dimana:
Ep : Energi Potensial
m : massa (kg)
g : gravitasi (9.8 kg/m2)
h : head (m)


2. Energi Kinetis
Energi kinetis yaitu energi yang dihasilkan akibat adanya aliran air sehingga timbul air dengan kecepatan tertentu, yang dirumuskan
Ek = 0,5 m . v . v
Dimana:
Ek : Energi kinetis
m : massa (kg)
v : kecepatan (m/s)

3. Energi Mekanis
Energi mekanis yaitu energi yang timbul akibat adanya pergerakan turbin. Besarnya energi mekanis tergantung dari besarnya energi potensial dan energi kinetis. Besarnya energi mekanis
dirumuskan:
Em = T . ω . t
Dimana:
Em : Energi mekanis
T : torsi
ω : sudut putar
t : waktu (s)

4. Energi Listrik
Ketika turbin berputar maka rotor juga berputar sehingga menghasilkan energi listrik sesuai persamaan:
El = V . I . t
Dimana:
El : Energi Listrik
V : tegangan (Volt)
I : Arus (Ampere)
t : waktu (s)

BENDUNGAN
Spoiler for Bendungan:


Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pusat Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan. Jenis bendungan antara lain:

1. Bendungan Beton
a) Bendungan Gravitasi
b) Bendungan Busur
c) Bendungan Rongga
2. Bendungan Urugan
a) Bendungan Urugan Batu
b) Bendungan Tanah
3. Bendungan Kerangka Baja
4. Bendungan Kayu


TURBIN
Spoiler for Turbin:


Turbin merupakan peralatan yang tersusun dan terdiri dari beberapa peralatan suplai air masuk turbin, diantaranya sudu (runner), pipa pesat (penstock), rumah turbin (spiral chasing), katup utama (inlet valve), pipa lepas (draft tube), alat pengaman, poros, bantalan (bearing), dan distributor listrik. Menurut momentum air turbin dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin reaksi dan turbin impuls. Turbin reaksi bekerja karena adanya tekanan air, sedangkan turbin impuls bekerja karena kecepatan air yang menghantam sudu.


Prinsip Kerja Turbin Reaksi yaitu Sudu-sudu (runner) pada turbin francis dan propeller berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisi sudunya tetap (tidak bisa digerakkan). Sedangkan sudu-sudu pada turbin kaplan berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisi sudunya bisa digerakkan (pada sumbunya) yang diatur oleh servomotor dengan cara manual atau otomatis sesuai dengan pembukaan sudu atur. Proses penurunan tekanan air terjadi baik pada sudu-sudu atur maupun pada sudu-sudu jalan (runner blade). Prinsip Terja Turbin Pelton berbeda dengan turbin rekasi Sudu-sudu yang berbentuk mangkok berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisinya tetap (tidak bisa digerakkan). Dalam hal ini proses penurunan tekanan air terutama terjadi didalam sudu-sudu aturnya saja (nosel) dan sedikit sekali (dapat diabaikan) terjadi pada sudu-sudu jalan (mangkok-mangkok runner).
Air yang digunakan untuk membangkitkan listrik bisa berasal dari bendungan yang dibangun diatas gunung yang tinggi, atau dari aliran sungai bawah tanah. Karena sumber air yang bervariasi, maka turbin air didesain sesuai dengan karakteristik dan jumlah aliran airnya. Berikut ini merupakan berbagai jenis turbin yang biasa digunakan untuk PLTA.

GENERATOR
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanis. Generator terdiri dari dua bagian utama, yaitu rotor dan stator. Rotor terdiri dari 18 buah besi yang dililit oleh kawat dan dipasang secara melingkar sehingga membentuk 9 pasang kutub utara dan selatan. Jika kutub ini dialiri arus eksitasi dari Automatic Voltage Regulator (AVR), maka akan timbul magnet. Rotor terletak satu poros dengan turbin, sehingga jika turbin berputar maka rotor juga ikut berputar. Magnet yang berputar memproduksi tegangan di kawat setiap kali sebuah kutub melewati "coil" yang terletak di stator. Lalu tegangan inilah yang kemudian menjadi listrik. Agar generator bisa menghasilkan listrik, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Putaran
Putaran rotor dipengaruhi oleh frekuensi dan jumlah pasang kutub pada rotor, sesuai dengan persamaan:
η = 60 . f / P
dimana:
η : putaran
f : frekuensi
P : jumlah pasang kutub
Jumlah kutub pada rotor di PLTA Saguling sebanyak 9 pasang, dengan frekuensi system sebesar 50 Hertz, maka didapat nilai putaran rotor sebesar 333 rpm.

2. Kumparan
Banyak dan besarnya jumlah kumparan pada stator mempengaruhi besarnya daya listrik yang bisa dihasilkan oleh pembangkit

3. Magnet
Magnet yang ada pada generator bukan magnet permanen, melainkan dihasilkan dari besi yang dililit kawat. Jika lilitan tersebut dialiri arus eksitasi dari AVR maka akan timbul magnet dari rotor.
Sehingga didapat persamaan:
E = B . V . L
Dimana:
E : Gaya elektromagnet
B : Kuat medan magnet
V : Kecepatan putar
L : Panjang penghantar

Dari ketiga hal tersebut, yang bernilai tetap adalah putaran rotor dan kumparan, sehingga agar beban yang dihasilkan sesuai, maka yang bisa diatur adalah sifat kemagnetannya, yaitu dengan mengatur jumlah arus yang masuk. Makin besar arus yang masuk, makin besar pula nilai kemagnetannya, sedangkan makin kecil arus yang masuk, makin kecil pula nilai kemagnetannya.

Menurut jenis penempatan thrust bearingnya, generator dibedakan menjadi empat, yaitu:

a) Jenis biasa - thrust bearing diletakkan diatas generator dengan dua guide bearing.
b) Jenis Payung (Umbrella Generator) - thrust bearing dan satu guide bearing diletakkan dibawah rotor.
c) Jenis setengah payung (Semi Umbrella Generator) – kombinasi guide dan thrust bearing diletakkan dibawah rotor dan second guide bearing diletakkan diatas rotor.
d) Jenis Penunjang Bawah – thrust bearing diletakkan dibawah coupling.
Generator yang digunakan di Saguling adalah jenis Setengah Payung.


http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6962328

Bagaimana PLTA bekerja

Bagaimana PLTA bekerja

1 Mar
PLTA merubah energi yang disebabkan gaya jatuh air untuk menghasilkan listrik. Turbin mengkonversi tenaga gerak jatuh air ke dalam daya mekanik. Kemudian generator mengkonversi daya mekanik tersebut dari turbin ke dalam tenaga elektrik.
Jenis PLTA bermacam-macam, mulai yang berbentuk “mikro-hidro” dengan kemampuan mensupalai untuk beberapa rumah saja sampai berbentuk raksasa seperti Bendungan Karangkates yang menyediakan listrik untuk berjuta-juta orang-orang. Photo dibawah ini menunjukkan PLTA di Sungai Wisconsin, merupakan jenis PLTA menengah yang mampu mensuplai listrik untuk 8.000 orang.
alex.jpg
Komponen PLTA
PLTA yang paling konvensional mempunyai empat komponen utama sebagai berikut :
  1. Bendungan, berfungsi menaikkan permukaan air sungai untuk menciptakan tinggi jatuh air. Selain menyimpan air, bendungan juga dibangun dengan tujuan untuk menyimpan energi.
  2. Turbine, gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar baling-baling digantikan air untuk memutar turbin. Selanjutnya turbin merubah energi kenetik yang disebabkan gaya jatuh air menjadi energi mekanik.
  3. Generator, dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika baling-baling turbin berputar maka generator juga ikut berputar. Generator selanjutnya merubah energi mekanik dari turbin menjadi energi elektrik. Generator di PLTA bekerja seperti halnya generator pembangkit listrik lainnya.
  4. Jalur Transmisi, berfungsi menyalurkan energi listrik dari PLTA menuju rumah-rumah dan pusat industri.
hydroplant-animate.gif
Berapa listrik yang bisa dihasilkan oleh PLTA ?
Besarnya listrik yang dihasilkan PLTA tergantung dua factor sebagai berikut :
  1. Berapa besar air yang jatuh. Semakin tinggi air jatuh, maka semakin besar tenaga yang dihasilkan. Biasanya, tinggi air jatuh tergantung tinggi dari suatu bendungan. Semakin tinggi suatu bendungan, semakin tinggi air jatuh maka semakin besar tanaga yang dihasilkan. Ilmuwan mengatakan bahwa tinggi jatuh air berbanding lurus dengan jarak jatuh. Dengan kata lain, air jatuh dengan jarak dua satuan maka akan menghasilkan dua satuan energi lebih banyak.
  2. Jumlah air yang jatuh. Semakin banyak air yang jatuh menyebabkan turbin akan menghasilkan tenaga yang lebih banyak. Jumlah air yang tersedia tergantung kepada jumlah air yang mengalir di sungai. Semakin besar sungai akan mempunyai aliran yang lebih besar dan dapat menghasilkan energi yang banyak. Tenaga juga berbanding lurus dengan aliran sungai. Dua kali sungai lebih besar dalam mengalirkan air akan menghasilkan dua kali lebih banyak energi.

PLTU Suralaya

PLTU Suralaya

TURBINE LUBE OIL SYSTEM
(SYSTEM TD)
PENDAHULUAN
Modul ini sebagian besar merupakan terjemahan dari Operation Manual Volume C61-OM-08 Tab.2 System TD. Modul ini berkaitan erat dengan modul operator
Unit 5,6,7 PLTU Suralaya sistem TG yaitu : Main Turbine control fluid system. Sistem ini merupakan salah satu dari banyak sistem yang tergabung dalam Power Convertion System Group menurut IEES.
MAKSUD & TUJUAN
Penulisan modul ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan teori dan bimbingan praktek bagi operator PLTU turbin lokal dan control room. Operator diwajibkan tahu dan mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengoperasikan sistem TD secara aman dan benar.
Modul ini bertujuan agar operator dapat berhasil dalam evaluasi guna memperoleh sertifikat sebagai operator turbin lokal atau operator control room.
SASARAN
Sasaran modul ini adalah agar operator mampu menjawab seluruh pertanyaan dalam evaluasi pada bagian akhir modul ini termasuk melaksanakan praktek pengoperasian sistem TD.
FUNGSI DAN CARA KERJA

Sistem minyak pelumas ini dilengkapi beberapa pompa minyak pelumas, sistem auto-stop dan trip untuk memenuhi kebutuhan turbine utama pada kondisi yang berbeda-beda. Jenis pompa minyak pelumas tersebut adalah sebagai berikut :

Pompa minyak utama (Main Oil Pump)

Pompa ini dikopel langsung dengan rotor HP turbine. Desain pompa minyak utama ini adalah 100% MCR. Pompa ini pada kondisi operasi normal mengeluarkan minyak bertekanan yang berfungsi :
  • Mensuplai pelumasan pada bearing-bearing turbine ketika turbine telah mencapai atau mendekati putaran normalnya.
  • Memfungsikan oil ejector yang mensuplai sisi hisap dari MOP. Pompa ini bertipe sentrifugal yang memerlukan tekanan positif pada sisi suction.
  • Menyediakan suplai minyak untuk peralatan thrust bearing trip, yaitu :
  • pelumasan bantalan
  • peralatan over speed trip device
  • peralatan protective trip device
  • emergency trip piston valve EH fluid interface
  • Mendukung sistem turbine generator seal oil back up.
Pompa minyak bantu (Auxiliary Oil Pump)
Pompa ini digerakkan oleh motor AC, yang berfungsi sebagai suplai pada HP oil. Data auxiliary oil pump ini adalah sebagai berikut :
Serial no.             :  PC-06153-1
Type                     :  CSK-2-65
Capacity              :  510 l/min
Total pressure    :  11 kg/cm2
Oil temperature :  15-60 oC
Discharge size   :  65 mm
Suction size        :  115 mm
Motor out-put      :  30 kW
Putaran                :  2950 rpm
Pompa minyak turning gear (Turning Oil Pump)
Pompa ini digerakkan oleh motor AC. Pompa ini berfungsi memberikan tekanan ke suction main oil pump pada saat start awal dan mensuplai minyak pelumas ketika turbine dalam kondisi turning gear ON. Data turning oil pump adalah sebagai berikut :
Serial no.             :  PC-06154-1
Type                     :  CSS-200
Capacity              :  4100 l/min
Total pressure    :  3.2 kg/cm2
Oil temperature :  15-60 oC
Discharge size   :  200 mm
Suction size        :  245 mm
Motor out-put      :  45 kW
Putaran                :  1465 rpm


Pompa pelumas darurat (Emergency Oil Pump)
Pompa ini digerakkan oleh motor DC yang disuplai dari battery. Pompa ini ber fungsi untuk mensuplai minyak pelumas dalam kondisi darurat, seperti ketika terjadi black-out, dimana tegangan AC hilang. Data EOP adalah sebagai berikut :
Serial no.             :  PC-06155-1
Type                     :  CSS-200
Capacity              :  3900 l/min
Total pressure    :  2.9    kg/cm2
Oil temperature :  15-60 oC
Discharge size   :  200 mm
Suction size        :  245 mm
Motor out-put      :  37 kW
Putaran                :  1500 rpm
Pompa pelumas pengangkat (Jacking Oil Pump)
Pompa ini berfungsi untuk mengangkat poros turbine pada saat turbine akan diputar dan sekaligus memberikan pelumasan pada bantalan turbine. Data JOP adalah sebagai berikut :
Type                     :  Vane pump TGC-008
Capacity              :  25 l/min
Design press      :  140 kg/cm2
Sync. speed        :  1500 rpm
Motor out-put      :  15 kW
Total weight        :  1500 kg
BAGIAN UTAMA SISTEM MINYAK PELUMAS
  1. Turning Gear Motor
  2. Turbine Oil Reservoir Vapor Extractor
  3. Auxiliary Oil Pump
  4. Turning Oil Pump
  5. Emergency Oil Pump
  6. Jacking Oil Pump A
  7. Jacking Oil Pump B
  8. Oil Conditioner Circulating Pump
  9. Oil Conditioner Vapor Extractor
  10. Oil Reservoir
  11. Oil Cooler


FILOSOFI SISTEM KONTROL DAN PROTEKSI

SISTEM KONTROL
Pada saat start-up dan shut-down, listrik AC memutar gigi pompa minyak dan pompa seal oil back-up dan mensuplai semua kebutuhan minyak untuk bagian sisi masuk pompa minyak utama (MOP), dengan menghasilkan tekanan yang cukup untuk mengaktifkan sistem overspeed trip, pelumas bearing, turning gear dan seal oil back up untuk generator.
Pompa secara otomatis dikendalikan oleh pressure switch dan keduanya akan bekerja pada saat tekanan minyak pada bearing turun menjadi 0.8-0.9 kg/cm2. Jika tekanan minyak bearing turun menjadi 0.6-0.7 kg/cm2 motor DC penggerak pompa diaktifkan oleh pressure switch jalur sistem pelumas turbine.
Dan pressure switch yang lain, yang juga dihubungkan dengan jalur minyak bearing berfungsi untuk mencegah turning gear bergerak hingga tekanan minyak bearing mencapai 0.3 kg/cm2, yaitu kondisi dimana titik kontak menutup.

PROTEKSI
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan peralatan trip adalah sbb :
  • Bearing oil pressure low
  • Thrust bearing oil pressure high


Prinsip kerja Main Oil Pump secara sederhana :
Sisi hisap M O P Sisi tekan
- ada dua sisi, yaitu                           – melalui ejector ke sisi hisap
front dan rear                                   – melalui ejector ke pelumasan
- mendapat positive                            bantalan no. 1 ~ 10 dan thrust
press. dari sisi tekannya                – ke generator. seal oil back up
(dikopel langsung                            – ke thrust brg. protective device
ke HP rotor)                                     – ke mech. over speed turb. trip
- ke over speed trip device
- ke EH emergency trip piston vlv.
- ke sisi hisap JOP A dan B
Prinsip kerja Auxiliary Oil Pump secara sederhana :
Sisi hisap A O P Sisi tekan
- turbine oil reservoir             – ke gen. seal oil back up
- ke thrust brg. protective device
- ke mech. over speed turb. trip
- ke over speed trip device
- ke EH emergency trip piston vlv.
Prinsip kerja Turning Oil Pump secara sederhana :
Sisi hisap T O P Sisi tekan
- turbine oil reservoir             – ke sisi hisap MOP
- ke pelumasan bantalan no. 1 ~
10 dan thrust bearing
- ke sisi hisap JOP A dan B
Prinsip kerja Emergency Oil Pump secara sederhana :
Sisi hisap E O P Sisi tekan
- turbine oil reservoir             – ke pelumasan bantalan no. 1 ~
10 dan thrust bearing
- ke sisi hisap JOP A dan B
Prinsip kerja Jacking Oil Pump secara sederhana :
Sisi hisap J O P Sisi tekan
- sisi tekan MOP                               – ke bearing / bantalan no.
- sisi tekan TOP                                  3, 4, 5, dan 6 saja (LP turbine A & B )
- sisi tekan EOP                                  

PROSEDUR OPERASI
4.1 Persiapan di lokal
  1. Yakinkan bahwa semua pompa pelumas dalam keadaan stand by dan siap dioperasikan
  2. Yakinkan isolating valve inlet dan outlet sudah dibuka
  3. Check apakah minyak pelumas sudah tersedia pada level normal
  4. Yakinkan tidak ada kebocoran minyak
  5. Pastikan bahwa lube oil cooler telah dioperasikan
  6. Pastikan bahwa instrument air telah dioperasikan
4.2 Persiapan di Control Room
  1. Tampilkan layar monitor pompa pelumas yang akan di start/stop
  2. Check permissive apakah sudah terpenuhi, dengan cara melihat di OIS
  3. Apakah pompa pelumas yang akan dijalankan sudah tidak ada indikasi fault.
  4. Bila indikasi fault masih ada, maka breaker harus di-on-kan
  5. Bila permissive telah siap, informasikan ke lokal, pompa akan di-start
  6. Start pompa pelumas dengan cara menekan push button start
  7. Stop pompa pelumas dengan cara menekan push button stop
  8. Informasikan kembali ke operator lokal bahwa pompa telah dioperasikan dan yakinkan tidak ada kebocoran minyak
  9. Permissive pompa minyak pelumas adalah : Breaker posisi ON
4.3 Start sequence
  1. Start turbine oil reservoir vapour extractor dari CR, untuk menjaga tekanan dalam reservoir minyak dan box bearing tetap negatip (-50 – +100 mm H2O)
  2. Start turbine oil reservoir vapour extractor dari CR, buka isolating valve dari turbine oil reservoir ke oil conditioner
  3. Start oil conditioner circulating pump dari CR
  4. Start turning oil pump dari CR dan periksa tekanan bearing oil
  5. On-kan breaker emergency oil pump sebagai back-up
  6. Pastikan bahwa katup-katup solenoid untuk suplai minyak ke turning gear sudah terbuka dan tekanan minyak lebih besar dari 0.4 kg/cm2
  7. Pastikan bahwa tekanan hisap pompa minyak utama (MOP) pada kondisi normal (0.7 kg/cm2)
  8. Start aux. oil pump dan pastikan bahwa tekanan HP oil normal
  9. Setelah pompa minyak start, pastikan level pada turbine oil reservoir sedikit dibawah level normal operasi
10. Terdapat 2 oil cooler pada pelumas turbin, dioperasikan bergantian satu dengan yang lainnya.
11. Pastikan bahwa close cooling water terpasang pada oil cooler yang sedang beroperasi.
12. Inlet/outlet valve pada oil cooler yang sedang stand-by, close cooling water harus terbuka untuk mencegah over pressure
13. Posisikan temperature control untuk lubrication oil dalam keadaan auto pada CR dan pastikan temperature di pelumasan dikontrol dengan benar (setting temperature adalah 33 oC selama operasi)
14. Pastikan valve suction dan discharge dari jacking oil pump terbuka
15. Start satu jacking oil pump dari CR dan posisikan jacking oil pump yang stand-by dalam posisi auto. Pastikan discharge pressure jacking oil pump normal (140 kg/cm2)
4.3 Stop sequence
Stop aux. oil pump, turning oil pump, jacking oil pump, emergency oil pump secara berturut-turut dan posisikan AUTO


SISTEM MONITORING DAN BATASAN OPERASI
Beberapa batasan operasi yang harus dipenuhi adalah temperature pendingin minyak dan pressure bearing oil serta thrust bearing oil.
Batasan operasi
Bearing oil pressure low alarm        :  0.6    kg/cm2
Bearing oil pressure low trip            :  0.4    kg/cm2
Thrust bearing oil pressure alarm   :  2.4    kg/cm2
Thrust bearing oil pressure trip        :  5.6    kg/cm2
Tekanan kerja turbine lube oil system dan kaitannya dengan Protective Device dan EH Fluid System adalah sebagai berikut :
Uraian
Tekanan kerja Turbine Lube Oil System (kg/cm2)
Keterangan



Lubrication Oil System


Main Oil Pump discharge 17 ~ 22 At rated speed
Main Oil Pump suction 0.7 ~ 1.8 At turbine TOP
Main Oil Pump suction 0.7 ~ 3.2 At rated speed
AC Aux. Oil Pump discharge 10 or higher At turbine center line
AC Turning Oil Pump discharge 1.0 ~ 1.8 At turbine center line
DC Emergency Oil Pump disch. 1.0 ~ 1.8 At turbine center line
Relief Valve Setting (Bearing Jacking Oil Pump) 140 Atur pengangkatan rotor antara 0.1 – 0.15 mm dengan flow control valve
Bearing Oil 1.0 ~ 1.8 On Turning Oil Pump (Relief Valve Closed)
Bearing Oil 1.2 ~ +0.6 – 0.2 At rated speed (Relief Valve set)



Protective Device


Low Bearing Oil Pressure Trip 0.5 +0.10 – 0.05
Thrust Bearing Trip 5.6 +0 – 0.3
Low Vacuum Trip 550 +0 – 100 mmHg
Overspeed Trip - 3330 rpm atau dibawah



EH Fluid System – High Press

Unload valve 147 +- 3 Unload press.
Unload valve 118 ~ 123 Onload press.
Relief valve 165 +- 1
Accumulator Charge Press. 80 ~ 88



EH Fluid System – Return


Accumulator Charge Press. 2





INTERTRIPPING DAN PENGARUHNYA TERHADAP UNIT / PERALATAN LAINNYA
Pelumas untuk bearing-bearing turbine saat normal operasi disuplai oleh pompa minyak utama (MOP). Jika terjadi bearing oil pressure low atau thrust bearing pressure high, maka turbine akan trip, karena MOP seporos dengan turbine. Dengan demikian, untuk menghindari kerusakan pada bearing-bearing turbine, maka pompa-pompa AOP, TOP, EOP akan start secara automatis.
Adapun start auto pompa-pompa tersebut adalah :
AOP    :  7.5    kg/cm2
TOP    :  0.75 kg/cm2
EOP    :  0.55 kg/cm2
EVALUASI OJT
Operator         : Control Room
Sistem            : Turbine Lube Oil
Kode sistem  : TD
  1. Tuliskan harga normal operasi dari sistem minyak pelumas turbin :
  1. tekanan pelumas / temperatur metal bantalan
  2. temperatur pelumas setiap bantalan
  3. tekanan jacking oil
  4. temperatur minyak pelumas masuk / keluar cooler
  1. Tuliskan penyebab dan tindakan yang benar untuk mengatasi setiap gangguan yang muncul pada sistem pelumas turbin :
  1. masing-masing bantalan temperatur tinggi
  2. tekanan pelumas bantalan rendah
  3. main oil tank level rendah
  1. Lakukan persiapan yang diperlukan untuk menjamin sistem pelumas turbin beroperasi dengan aman :
  1. pompa pelumas AC / DC siap
  2. semua isolasi dan peralatan yang tidak beroperasi pada posisi yang benar
  3. oil conditioner siap
  4. fire fighting system siap
  1. Tampilkan layar semua peralatan, indikator yang berhubungan dengan sistem minyak pelumas turbin.
Operator         : Turbin Lokal
Sistem            : Turbine Lube Oil
Kode sistem  : TD
  1. Gambarkan blok diagram sistem minyak pelumas turbin dan peralatannya.
  1. Tunjukkan lokasi dan teliti ciri-ciri setiap bagian peralatan yang ada pada siste tersebut :
    1. Main Oil Pump
    2. Auxiliary Oil Pump
    3. Turning Oil Pump
    4. Emergency Oil Pump
    5. Jacking Oil Pump
    6. Oil Cooler
    7. Oil Reservoir
    8. Ejector, Oil Vapour Extractor, Filter
  1. Tuliskan fungsi dari setiap peralatan tersebut di atas.
  1. Tuliskan harga normal operasi pada :
    1. temperatur pelumas keluar pendingin
    2. tekanan pelumas bantalan turbin generator
    3. auto start pada pompa pelumas pembantu, pompa pelumas darurat, dan pompa pelumas turning
  1. Lakukan pemeriksaan awal sebelum sistem minyak pelumas turbin dijalankan.
  1. Lakukan prosedur untuk mengganti pengoperasian Oil Cooler
  1. Tuliskan harga normal operasi peralatan berikut (beban unit TGL 100 %) :
    1. tekanan dan temperatur minyak pelumas
    2. temperatur metal
  1. 8. Lakukan pemeriksaan rutin operasi pada sistem pelumas turbin agar sistem tetap dalam kondisi normal.
Steam chest temperature differential accross steam chest wall yang dihitung menggunakan thermocouples dalam dan dangkal.
BATASAN OPERASI
  1. Perbedaan temperatur yang direkomendasi £ 83 oC
    1. Bila steam chest temperature kurang dari 204 oC pada Cold Start Up.   Perbedaan temperatur yang diperbolehkan adalah £ 110 oC
ALASAN
  1. Untuk mencegah overstress akibat tekanan yang dapat menimbulkan retak dan kerusakan akibat steam chest.
  2. Untuk mencegah distorsi yang dapat menyebabkan seret dan tidak beroperasinya valve dengan baik

Steam chest temperature sebelum valve transfer

BATASAN OPERASI
Bagian dalam dari steam chest harus dipanaskan    sampai temperatur jenuh sesuai dengan steam inlet pressure sebelum valve transfer
ALASAN
Untuk mencegah terjadinya kondensasi air yang dapat mengakibatkan thermal fatique di steam chest dan bagian inlet dari HP turbin oleh thermal shock atau kerusakan pada sudu HP turbin.

Laju perubahan beban
BATASAN OPERASI
  1. Laju perubahan dari steam temperatur tingkat pertama HP turbin harus sekitar ± 165 oC/H
  2. Laju perubahan ± 56 oC/10 menit dapat dibenarkan pada keadaan tertentu
ALASAN
Untuk mencegah low cycle fatique rupture karena thermal stress

Rotor eccentricity selama turning operation
BATASAN OPERASI
  1. Normal: kurang dari 0,05 mm (TSI)
  2. Alarm: lebih dari 0,075 mm (TSI)
  3. Normal: kurang dari 0,025 mm (Pada tiap bearing oil ring)
ALASAN
Untuk mencegah vibrasi berlebih selama rolling turbin

Vibrasi turbin di poros
BATASAN OPERASI
  1. Baik: kurang dari 0,075 mm
  2. Alarm: lebih dari 0,125 mm
  3. Trip: lebih dari 0,25 mm (double amplitude pada putaran normal)
    1. Turbin trip otomatis pada bila batasan trip telah dilampaui pada satu     bearing dan alarm pada bearing yang lain.
ALASAN
  1. Untuk mencegah kerusakan fatique pada bany komponen dari turbin-generator
  2. Untuk mencegah noise berlebih di turbin area
  3. Untuk mencegah kerusakan bearing
  4. Untuk mencegah peralatan longgar dan menjaga sensor-sensor instrumen

Differential expansion
BATASAN OPERASI
  1. Alarm: Short - 0,5 mm Long +18,5 mm (TSI)
  2. Trip otomatis: Short -1,3 mm Long +19,3 mm (TSI)
  3. Clearance minimum adalah  D-dimension pada sudu 5-S dari Generator end pada LP turbin
ALASAN
Untuk mencegah gesekan antara bagian yang diam dan bagian yang bergerak

Posisi Rotor
BATASAN OPERASI
TSI (Berdasarkan pada posisi dari thrust clearance center)
  1. Alarm: ± 0,9 mm
  2. Trip oleh operator: ± 1,0 mm
Kegagalan thrust bearing oleh protective device
  1. Alarm: 2,1 ± 0,1 kg
  2. Trip otomatis: 5,6 ± 0,3 kg
ALASAN
Untuk mencegah kegagalan thrust bearing sehingga dapat terjadi gesekan antara bagian yang diam dan bagian yang bergerak.

Perbedaan metal temperature antara Top dan Bottom dari HP-IP turbine outer cylinder (Water induction)
BATASAN OPERASI
  1. Alarm: 42oC
  2. Trip oleh operator 56oC
*) Selama proses Start Up, alarm sering terjadi karena Uneven heating di turbin. Pada kasus ini operator harus memperhatikan agar temperatur tidak naik dengan tiba-tiba
ALASAN
  1. Untuk mencegah operasi pada kondisi Water induction yang dapat menyebabkan distorsi pada silinder.
  2. Distorsi pada silinder dapat diakibatkan oleh  bersinggungannya bagian yang diam dan bergerak

Journal bearing metal Temperature
BATASAN OPERASI
  1. Alarm: 107oC
  2. Trip oleh operator  113oC
ALASAN
  1. Untuk mencegah meleleh dan perubahan dari white metal karena panas berlebih
  2. Bila white metal benar-benar meleleh, maka rotor akan berputar diatas permukaan bearing yang keras sehingga kerusakan pada bearing dan rotor dapat terjadi

Thrust bearing metal Temperature
BATASAN OPERASI
  1. Alarm: 99oC
  2. Trip oleh operator  107oC
ALASAN
  1. Untuk mencegah meleleh dan perubahan dari white metal karena panas berlebih
  2. Kegagalan thrust bearing dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada bagian dan berputar dan diam akibat gerakan aksial abnormal.

Drain Oil Temperatur dari jurnal dan thrust bearing
BATASAN OPERASI
  1. Alarm: 77oC
  2. 2. Trip oleh operator  85oC
ALASAN
  1. Untuk mencegah panas berlebih dari bearing
  2. Tingginya temperatur oil drain dapat menyebabkan tipisnya lapisan oil film sehingga kontak metal dengan metal dapat terjadi.

Bearing oil temperature
BATASAN OPERASI
  1. Turning operation: 21oC £ Bearing oil Temp £ 33oC
  2. Turbine rolling period: Bearing oil Temp ³ 21oC
  3. Oil Pump operation: Bearing oil Temp ³ 10oC
ALASAN
  1. Untuk mempertahankan kekentalan oil yang cukup pada batasan maksimal
  2. Untuk mencegah over load dari oil pump pada batasan minimal

Bearing oil Pressure
BATASAN OPERASI
  1. Normal: 1,0 – 1,8 kg/cm2
  2. Alarm: 0,75 kg/cm2
  3. Trip: 0,5 kg/cm2
ALASAN
  1. Untuk mempertahankan flow oil yang cukup ke journal dan thrust bearing
  2. Untuk mempertahankan temperatur  dan kekentalan oil yang cukup ke lapisan film di dalam bearing

Gland Condenser Vacuum
BATASAN OPERASI
400 – 500 mmH2O Vac
ALASAN
Untuk mencegah kebocoran dari turbine gland dan main steam valves gland

HP-IP Gland temperature
BATASAN OPERASI
  1. Perbedaan temperatur antara sealing steam dan turbine rotor di HP-IP gland harus dipertahankan dibawah 110oC
  2. Pada keadaan tertentu (Cold Start) perbedaan sampai  165oC dapat diperbolehkan
  3. 3. Sealing steam harus 14oC Superheated
ALASAN
  1. High limit: Untuk mencegah kerusakan casing gland  dan  rotor
  2. Low limit: Untuk mencegah terjadinya terbentuknya uap air dalam casing gland seal

LP Gland temperature
BATASAN OPERASI
  1. Temperatur sealing steam harus dipertahankan antara 120oC – 180oC
  2. Sealing steam harus 14oC Superheated
  3. Sealing steam dipertahankan sekitar 150oC
ALASAN
  1. High limit: Untuk mencegah kerusakan casing gland  dan  rotor
  2. Low limit: Untuk mencegah terjadinya terbentuknya uap air dalam casing gland seal
EH Oil temperature
BATASAN OPERASI
EH Oil temperature disarankan dipertahankan sekitar 40oC – 60oC
ALASAN
  1. Untuk mempertahankan kekentalan oil yang cukup
  2. Low t: Untuk mencegah overload EH fluid pump dan bergerak lambannya valva actuator
  3. High limit: Untuk mencegah sealing yang tidak baik sehingga bisa  menyebabkan kerusakan saat turbin trip

Putaran resonansi (kritis)
BATASAN OPERASI
Jangan menahan turbin-generator pada putaran resonansi (kritis)
ALASAN
  1. Untuk mencegah kerusakan sudu dari resonansi
  2. Untuk mencegah naiknya amplitudo vibrasi akibat resonansi


Operasi pada beban rendah
BATASAN OPERASI
  1. Operasi pada beban kurang dari 5% nominal harus dihindari
  2. Jika perlu hal-hal berikut harus diperhatikan:
2.1.     Batasan pada reheat temperatur dan back pressure pada Gambar 6 harus dipertahankan
2.2.     LP turbin exhaust temp jangan melebihi 80oC
2.3.     Semua penunjukan instrumen harus dalam batasan yang diperbolehkan khususnya differential expantion
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih pada LP turbin dan mencegah  bersentuhan antara sudu gerak dan bagian yang diam

Turbin beroperasi sebagai motor (tidak berbeban tapi online)
Turbin beroperasi sebagai motor dibatasi kurang dari 1 (satu) menit
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih pada LP turbin akibat  windage dan kontak antara sudu gerak dengan bagian yang diam.

Batasan frekwensi
BATASAN OPERASI
Batasan frekwesi adalah pada 48,5 ± 51,5 Hz
ALASAN
Untuk mencegah getaran berlebih pada sudu tingkat akhir   dari LP turbin sebagai akibat   resonansi.

Operasi dari turbine drain valve
BATASAN OPERASI
  1. Buka drain valves sebelum start unit dan sampai berbeban 20% beban
  2. Pada shut down normal, buka drain valve pada beban kurang dari 15%
  3. Buka drain valve selama shut down sampai turbinnya dingin
ALASAN
  1. Untuk membuang semua air yang terbentuk di turbin dan pipa
  2. Air yang terbentuk di dalam casing yang panas dapat menyebabkan kerusakan dan bersentuhan
  3. Titik air yang mengenai sudu turbin akan mengakibatkan unbalance dan erosi sudu

Pengoperasian Exhaust spray
BATASAN OPERASI
  1. Buka spray valve pada putaran lebih dari 600 rpm dan beban kurang dari 5%
  2. Buka spray valve bila temperature exhaust steam lebih dari 70oC
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih di daerah LP turbine.

Operasi curtain spray
BATASAN OPERASI
  1. Buka spray valve pada pembukaan sedang selama LP bypass dalam kondisi open.
  2. Buka spray valve “fully open” bila load rejection terjadi.
  3. Tutup spray valve bila kedua Condensate Pump stop
ALASAN
  1. Untuk mencegah baliknya dump steam dari bypass system ke LP Turbine exhaust.
  2. Untuk mencegah overheating dari LP turbine exhaust
  3. c. Untuk mencegah efek water hammer selama Condensate pump start

Pengoperasian Ventilator valve
BATASAN OPERASI
Urutan normal Start Up
  1. Close setelah turbine reset
  2. Open selama rub check dan close setelah rub check selesai
  3. Open setelah Valve transfer
  4. Close setelah syncron
Kondisi Lain:
  1. Open pada beban kurang dari 10% load dan HP exhaust metal temperature ³ 370 oC (£350 oC Close lagi)
  2. Open GV close dan ICV open condition
  3. Open bila Fast   Cut Back terjadi
  4. Open bila melakukan Over speed Protection system
  5. Open setelah turbin trip atau all valve close
ALASAN
  1. Pembukaan ventilator valve akan menurunkan reneat steam pressure dan mencegah naiknlya HP turbine exhaust temperature akibat windage loss
  2. Turbin trip otomatis bila HP exhaust steam temperature ³ 500 oC

Operasi Turning gear
BATASAN OPERASI
  1. Turning gear dioperasikan sebelum start up dan setelah turbine shut down
  2. Operasi turning gear harus dilanjutkan setelah shut down selama minimal 48 jam dan initial metal temperature kurang dari 180 oC
  3. Turning gear harus dioperasikan setiap saat bila ada steam sealing system
  4. Turning gear lebih baik dioperasikan bila generator terisi dengan Hidrogen
  5. Dalam keadaan emergency, oil pump dan turning gear dapat distop pada initial stage metal temperature 250 oC
  6. Dalam keadaan emergency, turning gear hanya dapat distop pada initial stage metal temperature 350 oC
ALASAN
  1. Untuk mengurangi rotor bowing yang disebabkan pendinginan rotor yang tidak cukup
  2. Untuk mempertahankan seal yang baik
  3. Untuk mencegah overheating dari metal bearing akibat panas dari bagian-bagian yang bertemperatur tinggi

Vapor extractor
BATASAN OPERASI
Kedua vapor extractor di lubrication oil reservoir dan loop seal tank harus dioperasikan ketika lubrication oil system beroperasi
ALASAN
Untuk mencegah bocornya oli dan uap hydrogen dari rumah bearing dan semua komponen drain system

Urutan penempatan feed water heater in service
Feed water heater harus selalu in service dimulai dari  LP Heater tekanan paling rendah ke HP Heater tekanan paling tinggi
ALASAN
  1. Untuk mengurangi load reduction pada beban tinggi
  2. Untuk mencegah flow yang abnormal dan pressure ratio di dalam turbine

Operasi dengan feed water heater out of service
BATASAN OPERASI
  1. Heater yang tidak berdekatan dapat distop bila beban nominal turbin tidak terlampaui
  2. Tiga heater tekanan paling tinggi dapat out service bila beban nominal turbin tidak terlampaui
  3. Pengurangan beban sebesar 10% dibawah beban nominal bila heater yang berdekatan out service dengan HP Heater in service. Tambahan pengurangan beban 10% tiap tambahan heater yang berdekatan out service
ALASAN
Untuk mencegah overstressing dari sudu turbin

MSV/ GV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari MSV/GV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari 70% dan IMP on
ALASAN
  1. Untuk mengecek kondisi operasi dari MSV/ GV
  2. Untuk mencegah lengketnya MSV/ GV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap
  3. Untuk mencegah overspeed yang disebabkan dari kegagalan valve

RSV/ ICV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari RSV/ ICV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari 90% dan IMP off
ALASAN
  1. Untuk mengecek kondisi operasi dari RSV/ ICV
  2. Untuk mencegah lengketnya RSV/ ICV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap
  3. Untuk mencegah overspeed yang disebabkan dari kegagalan valve

Over Speed Protection control system test
BATASAN OPERASI
  1. Test direkomendasikan dilakukan setiap 6 (enam) bulan bersamaan dengan test mechanical over speed test.
  2. Test direkomendasikan dilakukan setiap turbin start up
ALASAN
Untuk mengecek Over speed protection control  system bekerja dengan benar. GV/ ICV menutup dalam waktu yang singkat

Protective Device Test di HP turbine pedestal
BATASAN OPERASI
Protective Device Test harus dilakukan sekurang-kurangnya sekali tiap bualan:
  1. Bearing pressure low trip test
- Alarm: 0,75 ± 0,5 kg/cm2
- Trip: 0,5 ± 0,05 kg/cm2
  1. Thrust Bearing oil trip
- Alarm: 2,1 ± 0,1 kg/cm2
- Trip: 5,6 ± 0,3 kg/cm2
  1. Condenser vacuum low test
- Alarm: 650 ± 25 mmHg
- Trip: 550 ± 100 mmHg
  1. Over speed oil trip test
Catat oil pressure dan bandingkan dengan normal standar data
ALASAN
Untuk mengecek protective device pada kondisi normal

Mechanical over speed test
BATASAN OPERASI
Test fugsi dari Mechanical over speed test direkomendasikan pada kondisi interval berikut:
  1. Setiap 6 (enam) bulan
  2. Setiap start up, jika turbin telah out service pada periode yang cukup lama
  3. Jika perbaikan telah dilakukan di governor pedestal
* Jika test dilakukan pada saat start up, turbin ditahan selama 4 (empat) jam pada 10% beban dibutuhkan untuk memanaskan rotor turbin
ALASAN
Untuk mengecek hal-hal berikut:
  1. Semua mechanical trip test
  2. Set point dari mekanisme overspeed trip (kurang dari 111% putaran nominal)
  3. Fungsi reset

Trip solenoid test
BATASAN OPERASI
Trip solenoid harus dites saat turbin out service untuk over speed test
ALASAN
Untuk mengecek Trip solenoid test dapat beroperasi dengan baik

Test fungsi dari extraction non return valve
BATASAN OPERASI
Fungsi dari extraction non return valve direkomendasikan dites dengan udara seminggu sekali
ALASAN
  1. Untuk mengecek extraction non return valve dapat bekerja dengan baik
  2. Untuk mencegah masuknya air dari  feed water heater ke turbin

Oil pump auto start test
BATASAN OPERASI
Test auto start dari Oil Pump harus dilakukan sekali seminggu:
  1. Auxiliary Oil Pump start: 7,5 ± 0,2 kg/cm2
  2. Turning Oil Pump start: 0,85 ± 0,05 kg/cm2
  3. Emergency Oil Pump start: 0,65 ± 0,05 kg/cm2
  4. EH Fluid Pump: 105 ± 3,0 kg/cm2
ALASAN
Untuk menyiapkan oil pump pada keadaan emergency
SISTEM INSTRUMEN DAN KONTROL TURBINE
Sistem instrumen dan kontrol turbine unit 5-7 PLTU Suralaya menggunakan sistem Digital Electro Hydraulic Control (DEHC). Sistem ini dimaksudkan untuk megatur aliran uap yang masuk ke turbin.
Adapun peralatan kontrol yang ada pada sistem DEHC antara lain :
  • DEHC Cabinet
  • Servo Controller
  • High Pressure Hydraulic Supplier
Sistem DEHC terdiri dari 2 buah microprocessor yang berbasiskan digital controller yang bekerja secara redundant dengan menggunakan software yang disebut IDOL.
Fungsi DEHC dalam pengontrolan turbin antara lain :
1. Fungsi control untuk :
  • Speed up control
  • Valve transfer
  • Close all valves
  • Load/frequency control
  • Load limited
  • IMP (Impulse Chamber
2. Fungsi Proteksi untuk :
  • Electrical Over Speed Trip (EOST)
  • Over Speed Protection Control (OPC)
  • Initial Pressure Regulator (IPR)
3. Fungsi Test untuk :
  • Valve Close Test (GOV, MSV, ICV, RSV)
  • OPC Test
  • Over Speed Trip Test
Kelengkapan dan pemasangan peralatan instrumen diatas terdapat pada setiap bagian sistem, yaitu pada :
  • Setiap thermometer
  • Pressure gauges
  • Differential pressure gauges
  • Flow switches
  • Sight glass
  • Turbine flow meters dan totalizers
  • Pressure switches

RIWAYAT BERDIRINYA PLTU SURALAYA

RIWAYAT BERDIRINYA PLTU SURALAYA

Pada waktu terjadinya krisis energi yang melanda dunia tahun 1973 dan pada saat itu terjadi embargo minyak oleh negara-negara Arab terhadapa Amerika Serikat dan negara-negara Industri lainnya dan disusul keputusan OPEC (organisasi negara-negara pengekspor minyak) untuk menaikan BBM lima kali lipat. Belajar dari pengalaman maka Pemerintah mencari sumber energi pengganti BBM Pemerintah menyadari akan ketergantungan pada BBM serta gas alam dan uranium yang akan habis 40-80 tahun lagi salah satu jalan yang ditempuh adalah pengalihan kepada batubara.

Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik khususnya di pulau Jawa sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah serta untuk meningkatkan pemanfaatan sumber eneri primer dan diversifikasi sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Suralaya dibangun dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama yang merupakan sumber energi primer kelima disamping energi air, minyak bumi dan panas bumi.

PLTU Suralaya pembangunannya dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yang seluruhnya berjumlah 7 unit :
-  Tahap I = 2x400 MW beroperasi tahun 1984
-  Tahap II = 2x400 MW beroperasi tahun 1989
-  Tahap III = 3x600 MW beroperasi tahun 1997

Dalam pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN Proyek Induk Pembangkit Therma Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan Konsultan asing dari Montreal Engeneering Company (Monenco) Canada untuk unit 1s/d 4 sedangkan untuk unit 5s/d7 dari Black & Veatch International ( BVI ) Amerika Serikat. Dalammelaksanakan pembangunan Proyek PLTU Suralaya dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan kontraktor asing.

Kamis, 24 Maret 2011

sistem pendingin pada pltu

SISTEM AIR PENDINGIN
Pada Sebuah unit pembangkit thermal, system pendingin adalah system yang sangat diperlukan karena system ini yang mengatur perpindahan panas dan menjaga kestabilan suhu dan tekanan unit.
Sistem pendingin terdiri dari 4 alat utama:
  1. CWP atau Circulate Water Pump
  2. Kondensor.
  3. Heat Exchanger
  4. Auxiliary Cooling Water (ACW) Pump
Detail tentang masing-masing alat-alat dan fungsinya akan dibahas dibawah ini.
CWP (Circulate Water Pump)
CWP adalah bagian pertama dari system pendingin. Pompa ini yang bertugas untuk mengambil air pendingin dari laut. Pompa ini biasanya terletak pada areal Water Intake. Pada PLTU Muara Karang terdapat 9 buah pompa CWP. Pompa ini bentuknya vertical dengan suctionnya berada pada kedalaman laut yang agak dalam, sehingga bisa dihasilkan air pendingin yang maksimal.
Dari CWP, air dipompakan menuju dua alat pendingin lainnya yakni kondensor dan Heat Exchanger.
Kondensor
Kondensor adalah alat yang berfungsi untuk mengembunkan uap yang telah memutar turbin untuk dijadikan air yang akan digunakan untuk siklus selanjutnya. Kondensor terdiri dua bagian. Ada yang menyebut sisi A, sisi B, sisi Barat, sisi Timur, maupun sisi utara, selatan.
Kondensor terdiri dari tube-tube kecil yang melintang. Pada tube-tube inilah air pendingin dari laut dialirkan. Sedangkan uap mengalir dari atas menuju ke bawah agar mengalami kondensasi atau pengembunan. Sampai di bawah, air akan ditampung pada bak bernama hotwell.
Sebelum masuk kedalam kondensor, air laut biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran ataupun Lumpur yang terbawa air laut.
Agar uap dapat bergerak turun dengan lancar dari sudu terakhir LP Turbin, maka Vakum kondensor harus dijaga.https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj82E3i2QUFN5hVZuNlr0AFZZc6GM9vi5A47L9osPmH02Hm9kkmROPwslslnSK_xp7QOIAhHvKna9pf32N7y79D3DumSkKJIjxwOKnk971k6UYFmv65Cm3SwUINdgobinvCA_vbX-XrJos/s320/Kondensor.jpg
Sebelum berbicara lebih lanjut, aku akan menjelaskan tentang Vakum. Apakah sebenarnya Vakum? Aku sendiri setelah dijelaskan berkali-kali baru mengerti tentang vakum, he he he. Bego’ banget ya.
Pada postingku sebelumnya, aku juga menyebut tentang vakum di desalination plant. Apakah sebenarnya vakum itu? Aku tidak menemukan penjelasan yang jelas sih, tapi pada intinya Vakum adalah tekanan negative.
Sebagai gambarannya, tekanan pada permukaan bumi tepat diatas permukaan laut adalah 1 atm yang berarti setara dengan 0 gauge. Nah dibawah tekanan 1 atm ada tekanan yang disebut 0 atm atau 0 absolut.
Nah jika kita menyebut vakum 700 mmHg misalnya, maka kita menghitung secara negatif 700 mmHg dari tekanan 1 atm. Vakum 760 mmHg sama dengan tekanan 0 absolut. Semakin besar Vakum, maka tekanan udara menjadi semakin rendah.
Nah kembali ke masalah bagaimana uap bisa turun dari LP turbin. Itu karena ada vakum pada kondensor yang menyebabkan tekanan udara pada kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan yang lebih rendah di kondensor, maka uap akan bisa bergerak dengan mudah menuju kondensor.
Vakum harus selalu dijaga, karena jika terlalu rendah maka akan terjadi back pressure pada turbin yang nantinya bisa menyebabkan turbin mengalami trip/rusak. Vakum minimal yang diperkenankan sekitar 500 mmHg.
Sebenarnya vakum pada kondensor tidak boleh terlalu tinggi juga. Karena jika tekanan udara terlalu rendah, maka proses pengembunan uap tidak akan terjadi dengan sempurna karena pada tekanan rendah, titik didih air juga akan turun. Tapi pengalaman selama ini di UP Muara Karang, Vakum kondensor tidak pernah bisa mencapai nilai 760 mmHg. Maksimal yang bisa dicapai berada di kisaran 710 mmHg. Biasanya nilai optimal vakum untuk Kondensor sekitar 710 – 720 mmHg.
Jika vakum kondensor sudah terlalu rendah, maka tube-tube kondensor perlu untuk dibersihkan. Kegiatan pemeliharaan kondensor bermacam-macam. Adayang namanya back wash, atau melakukan aliran balik flow air laut yang masuk kondensor. Ada juga ball taprogoue system, yakni memasukkan bola-bola kecil yang kenyal dan berukuran sedikit lebih besar dari tube kondensor pada tube kondensor. Bola-bola ini nantinya akan membersihkan kotoran dan Lumpur yang menempel pada tube-tube kondensor. Dan yang terakhir cuci kondensor.
Heat Exchanger
Peralatan pada system pendingin selanjutnya adalah Heat Exchanger. HE adalah pendingin air tawar. Sama seperti kondensor, alat pendingin HE menggunakan air laut. Air tawar yang didinginkan di HE adalah air tawar yang juga berfungsi sebagai air pendingin. Air tawar ini berfungsi untuk mendinginkan:
  1. Gas H2 pendingin generator
  2. Minyak pelumas turbin
  3. Minyak pelumas peralatan-peralatan unit lainnya seperti Pompa, FD Fan dll.
Pada gambar dibawah ini bisa dilihat cara kerja HE. Air laut mengalir melalui tube-tube HE, sedangkan air tawar yang didinginkan berputar mengelilingi tube-tubenya.https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXwtCbyIg0VubF7CBFvslxkLJjmp87Ku8CGv-NEB8m0Cit5VKrR6dQ6mQRl4oQfTM1u7jGCY51ooEFYegDJczu5DOa7YZbWtyuN8tFjTVHrJCTOT2V621MY1mBTbp-wxk9wv4rhBN7N98/s320/A4heatex.jpg
ACW (Auxiliary Cooling Water) Pump
Alat terakhir pada system pendingin adalah ACW Pump (Auxiliary Cooling Water Pump) yang berfungsi untuk mendistribusikan air tawar yang sudah didinginkan oleh HE ke seluruh peralatan di unit.

perkembangan pltu

sejarah dasar PLTU
1. PERKEMBANGAN PLTU

Pada tahun 1831, setelah sebelas tahun melakukan percobaan, Michael Faraday dapat membuktikan prinsip pembangkitan listrik dengan induksi magnet. Dengan peragaan dijelaskan, bahwa bila kumparan atau penghantar memotong medan magnet yang berubah-ubah akan terinduksi suatu tegangan listrik padanya. Kini rancangan semua mesin listrik adalah didasarkan pada bukti nyata tersebut.

Kemudahan membangkitkan listrik secara induksi memunculkan perkembangan pembuatan dynamo dan pada tahun 1882 tersedia pasok listrik untuk publik di London. Pasokan ini diperoleh dari generator DC yang digerakkan dengan mesin bolak balik (reciprocating) yang di catu dengan uap dari boiler pembakaran manual. Permintaan tenaga listrik tumbuh berkembang dan pembangkit kecil muncul di seluruh negeri. Hal ini memberikan keinginan untuk bergabung agar menjadi ekonomis.

Pada tahun 1878 generator pertama dibuat oleh Gramme, tetapi tidak menghasilkan listrik sampai tahun 1888 ketika Nikola Tesla memperkenalkan sistem banyak fasa (poly phase) medan berputar. Pada tahun 1882 Sir Charles Parson mengembangkan Turbin generator AC pertama dan pada 1901 dibuat generator 3 fasa 1500 kW untuk pusat pembangkit Neptune di Tyne Inggris.

Inilah mesin awal dengan kumparan yang berputar didalam medan magnet, tetapi ternyata bahwa semakin besar output yang diinginkan akan lebih mudah mengalirkan arus listrik pada medan magnet berputar didalam kumparan yang diam atau stator. Rancangan mesin secara bertahap berkembang sehingga pada 1922, generator 20 MW yang berputar pada 3000 rpm beroperasi.

Sementara itu karena tuntutan permintaan kebutuhan rancangan unit pembangkit juga berkembang dan kapasitasnyapun meningkat sehingga dibentuk organisasi untuk mengoperasikan sistem transmisi interkoneksi yang disebut pusat penyaluran dan pengatur beban.

PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena efisiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU merupakan mesin konversi energi yang merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik.

2. Konversi Energi

Untuk menggerakkan suatu mesin dibutuhkan energi. Kata energi hampir setiap hari terdengar diantara kita, tetapi kadangkala tidak mengerti apa arti kata tersebut. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Seseorang dikatakan berenergi jika ia mampu melakukan gerak fisik tertentu. Darimana ia memperoleh energinya ? Tentu saja energi diperoleh dari makanan yang ia makan atau suatu aksi kimia. Energi yang diperoleh dari makanan yang kita makan sesungguhnya berasal dari matahari.

Pada kenyataanya semua energi yang kita gunakan dimuka bumi ini berasal dari matahari. Batubara yang kita bakar, bensin yang kita gunakan untuk kendaraan, angin yang berhembus melintasi negara, hujan yang turun membasahi bumi semua melepaskan energi.

Energi dapat disimpan dalam berbagai bentuk, tetapi untuk dapat dimanfaatkan oleh kita energi harus diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Ketika membuat segelas teh, maka kita merebus air dengan cara menyalakan kompor. Proses yang terjadi adalah merubah energi kimia bahan bakar menjadi energi panas untuk memanaskan (diberikan) pada air hingga mendidih. Apabila kemudian air panas dibiarkan mendingin, maka energi panas ini diserahkan ke udara sekitarnya.

Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk menjadi bentuk lain.
Pusat pembangkit listrik adalah salah satu contoh bagaimana proses konversi energi itu terjadi. Pada dasarnya semua pembangkit mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Batubara atau minyak yang dibakar terjadi dari tumbuhan, tanaman atau organisme yang membusuk. Tanaman pada dasarnya tumbuh pada bumi dan menyimpan energi yang diperoleh dari matahari. Dengan berlalunya waktu dimana tanaman ini tertimbun tetapi tetap menyimpan energinya .

Ketika batubara dibakar energi panas dilepas dan diberikan ke air didalam boiler. Air berubah menjadi uap superheat yang bertekanan dan uap ini dialirkan ke turbin.

Energi panas didalam uap dilepas ketika uap mengalir melalui turbin. Energi panas diubah menjadi energi mekanik ketika uap mengalir mendorong turbin sehingga poros berputar.


















Gambar 1. konversi energi di PLTU

Energi mekanik yang diberikan oleh uap uap ke turbin akan menyebabkan rotor generator berputar. Rotor generator adalah magnet yang besar berputar didalam kumparan sehingga menghasilkan energi listrik.

Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :
Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.
Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

Bahan bakar
Bahan bakar adalah material yang digunakan untuk memproduksi panas dengan proses pembakaran. Dua elemen yang membentuk kumpulan semua bahan bakar (kecuali nuklir) adalah Carbon (C) dan Hydrogen (H). Ketika carbon dan hydrogen dipanaskan dengan oksigen yang cukup ia akan terbakar dan menyala sehingga menghasilkan panas.

Ini mungkin bukan sesuatu yang mengejutkan bahwa biaya bahan bakar suatu unit pembangkit sekitar 80% dari biaya operasi, sehingga adalah sangat penting untuk melakukan pembakaran seefisien mungkin, yaitu proses pembakaran bahan bakar yang menghasilkan panas maksimum.

Bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik dapat dibagi menurut wujutnya, yaitu :
- Padat
- Cair
- Gas
- Nuklir

3. Keuntungan dan Kerugian

Dibanding jenis pembangkit lainnya PLTU memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain :

• Dapat dioperasikan dengan menggunakan berbagai jenis bahan bakar (padat, cair, gas).
• Dapat dibangun dengan kapasitas yang bervariasi
• Dapat dioperasikan dengan berbagai mode pembebanan
• Kontinyuitas operasinya tinggi
• Usia pakai (life time) relatif lama

Namun PLTU mempunyai bebrapa kelemahan yang harus dipertimbangkan dalam memilih jenis pembangkit termal. Kelemahan itu adalah :

• Sangat tergantung pada tersedianya pasokan bahan bakar
• Tidak dapat dioperasikan (start) tanpa pasok listrik dari luar
• Memerlukan tersedianya air pendingin yang sangat banyak dan kontinyu
• Investasi awalnya mahal
























Gambar 2, lay out PLTU


4. Prinsip Kerja

PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut :

Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.

Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.
Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan.
Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi boiler. Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang.

Gambar 3 menunjukkan diagram sederhana PLTU dengan komponen utama dan siklus kerja sistem-sistemnya.

Putaran turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel langsung dengan turbin sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output generator.



























Gambar 3, Siklus fluida kerja (air uap) PLTU


Sekalipun siklus fluida kerjanya merupakan siklus tertutup, namun jumlah air dalam siklus akan mengalami pengurangan. Pengurangan air ini disebabkan oleh kebocoran kebocoran baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Untuk mengganti air yang hilang, maka perlu adanya penambahan air kedalam siklus. Kriteria air penambah (make up water) ini harus sama dengan air yang ada dalam siklus.


5. Siklus Rankine

Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan diagram T – s (temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal. Adapun urutan langkahnya adalah sebagai berikut :





























Gambar 4, diagram T – s siklus PLTU (siklus rankine)


• 1 - 2 : air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah kompresi
isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air pengisi.
• 2 - 3 : air bertekanan ini dinaikkan suhunya hingga mencapai titik didih.
• 3 - 4 : air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut vapourising
(penguapan) dengan proses isobar isotermis, terjadi di boiler.
• 4 - 5 ; uap dipanaskan lebih lanjut hingga mencapai suhu kerjanya. Langkah
ini terjadi di boiler dengan proses isobar.
• 5 - 6 : uap melakukan kerja sehingga tekanan dan suhunya turun. Langkah
ini adalah ekspansi isentropis, dan terjadi didalam turbin.
• 6 – 1 ; pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi air
kondensat. Langkah ini adalah isobar isotermis, dan terjadi didalam
kondensor.



6. ENERGI

Energi atau tenaga diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan. Jadi energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energi dapat juga merupakan kerja tersimpan. Air yang tersimpan didalam bendungan mempunyai energi karena ia dapat digunakan untuk menggerakkan turbin generator agar menghasilkan listrik. Karena energi adalah kerja tersimpan, energi dikeluarkan jika kerja dilakukan.

Satuan energi adalah joule, dimana satu joule adalah kemampuan untuk menaikan beban seberat 1 newton setinggi 1 meter.
Energi dapat berada dalam berbagai bentuk, yaitu :
- Energi mekanik
- Energi listrik
- Energi elektromagnetik
- Energi panas
- Energi kimia
- Energi nuklir

a. Energi MEKANIK
Energi mekanik dalam termodinamika didefinisikan sebagai suat energi yang dapat digunakan untuk mengangkat suatu benda. Energi mekanik dapat disimpan dalam bentuk energi potensial dan energi kinetik.
Energi potensial adalah energi yang didapat dari material (benda) tertentu karena posisi nya dalam suatu medan gaya, seperti : energi medan grafitasi, energi yang berkaitan dengan suatu fluida terkompresi.

Energi kinetik adalah energi yang dipunyai oleh suatu massa yang bergerak. Roda gila (fly wheel) adalah contoh dari sistem yang menyimpan energi mekanik dalam bentuk energi kinetik.
Energi mekanik adalah energi yang mudah dan efisien untuk dikonversi menjadi bentuk energi lain.

b. Energi LISTRIK
Energi listrik adalah jenis energi yang berkaitan dengan arus dan akumulasi elektron. Energi listrik dapat disimpan sebagai energi medan elektrostatik dan medan induksi. Energi elektrostatik adalah energi yang berkaitan dengan medan listrik yang dihasilkan oleh akumulasi elektron (muatan) pada plat-plat kapasitor.

c. Energi KIMIA
Energi kimia adalah energi yang timbul akibat interaksi dari dua atau lebih atom atau molekul berkombinasi menghasilkan senyawa kimia yang stabil. Energi kimia dapat diperoleh melalui reaksi, artinya energi yang dikandung oleh suatu zat kimia tersebut hanya bisa dilepaskan setelah melalui proses reaksi














Gambar 5, konversi energi


d. Hukum Kekekalan ENERGI
Hukum kekekalan energi atau hukum termodinamika pertama menyatakan “Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain” .
Contoh dari hukum kekekalan energi terjadi dalam menciptakan energi listrik, generator merubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi yang diberikan oleh lampu listrik juga bukan dimusnahkan melainkan semata-mata diubah dari energi listrik menjadi panas dan kemudian menjadi energi cahaya.

6.1. PANAS
6.1.1. Temperatur dan Panas
Dalam pembicaraan sehari-hari, kita sering menemukan kata ‘temperatur’ dan ‘panas’ saling dipertukarkan pemakaiannya karena seolah-olah keduanya memiliki makna yang sama. Tetapi dalam termodinamika kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda.

Salah satu efek yang diakibatkan dari penambahan energi panas adalah meningkatnya derajat panas suatu zat. Dengan kata lain, temperatur suatu zat meningkat bila kepadanya diberikan panas.

Untuk memperlihatkan perbedaan antara panas dan temperatur dapat dilihat ilustrasi pada gambar 6. Sebuah gelas berisi 5 liter air mendidih. Jika 1 liter air dipindahkan kedalam sebuah gelas yang lebih kecil, maka pada gelas pertama tinggal tersisa 4 liter. Air didalam masing-masing gelas tersebut mempunyai derajat panas yang sama. Dapat pula dikatakan air didalam kedua gelas memiliki temperatur yang sama.

Dengan mudah dapat dipahami bahwa 1 liter air dalam gelas yang kecil hanya mengandung energi panas seperempat bagian dari energi panas yang dikandung pada gelas yang besar. Jadi meskipun temperaturnya sama, tetapi kandungan energi panasnya sangat berbeda. Untuk membandingkan dengan tepat jumlah panas dan temperatur perlu digunakan satuan panas dan satuan pengukuran temperatur.

6.1.2. Kapasitas Panas dan Panas Jenis
Terdapat beberapa zat yang bila diberi panas akan menyerap banyak sekali energi panas, contohnya air. Air apabila dipanaskan akan menyerap banyak sekali panas. Selain itu air juga dapat menyimpan energi panas untuk waktu yang lama. Maka dikatakan ‘air mempunyai kapasitas panas yang besar’. Tiap zat mempunyai kapasitas panas yang berbeda-beda.




















Gambar 6, Perbedaan antara panas dan temperatur.

Sebagai perbandingan misalkan kita panaskan 1 kg air dan 1 kg alumunium hingga temperaturnya masing-masing naik 10 C. Ternyata waktu yang diperlukan untuk memanaskan air kira-kira 5 kali lebih lama daripada waktu yang diperlukan untuk memanaskan alumunium. Karena waktu pemanasan air lebih lama, maka energi panas yang diserap atau diperlukan oleh air lebih banyak daripada alumunium. Dengan kata lain kapasitas panas air lebih besar daripada kapasitas panas alumunium.

6.2. Pengaruh Panas
Apabila suatu zat diberi panas, maka pada zat tersebut dapat terjadi perubahan-perubahan seperti :
- memuai
- temperatur berubah
- wujudnya berubah


Menguap
Dipanaskan




Dipanaskan mendidih


Mencair menjadi
Air

Dipanaskan

Benda padat
(es)

Gambar 5, ilustrasi perubahan wujud karena pemberian panas.

Gambar diatas mengilustrasikan suatu zat padat yang diberi panas hingga mengalami rentetan perubahan sampai menjadi uap.

Zat padat bila diberi panas temperaturnya akan naik. Pada saat temperaturnya naik benda tersebut juga mengalami pemuaian. Kenaikan temperatur yang terus berlanjut akan sampai ke titik leburnya (titik cair). Tiap benda mempunyai titik lebur yang berbeda. Panas untuk menaikkan temperatur disebut panas sensibel.

Pada saat benda tersebut mencapai titik leburnya, temperaturnya tetap. Panas yang diterima digunakan untuk merubah wujud dari padat ke cair (mencair) dan atau dari air ke uap jenuh; panas tersebut dinamakan panas laten. Uap jenuh jika dipanaskan terus suhunya akan naik sehingga menjadi uap superheat, dan panas yang digunakannya disebut panas superheat atau panas sensibel pada fase gas.

Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku zat bila dipanaskan adalah :
- kalor jenis zat (kj)
- massa zat yang dipanasi (m)
t )
D- kenaikan suhu (

6.3.. Perpindahan Panas
Panas dapat berpindah dari suatu benda ke benda lain. Panas berpindah dari benda atau zat yang suhunya lebih tinggi ke benda atau zat yang suhunya lebih rendah. Dengan kata lain, panas hanya akan berpindah apabila terdapat perbedaan temperatur diantara dua benda tersebut. Atau perbedaan temperatur merupakan potensial pendorong bagi proses perpindahan panas.

Dalam proses perpindahan panas terdapat 3 macam metode, yaitu :
Konduksi
Konveksi
Radiasi

a. Konduksi
Proses perpindahan panas secara merambat pada suatu zat atau dari satu zat ke zat lain yang bersinggungan disebut ‘konduksi’ . Pemanasan pada dinding pipa saluran uap, sudu-sudu turbin uap, casing turbin adalah contoh perpindahan panas secara konduksi. Perpindahan panas secara konduksi hanya terjadi pada benda padat.

b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas dalam suatu zat yang disebabkan oleh gerakan molekul-molekul dari zat tersebut. Karena itu konveksi hanya dapat terjadi pada zat cair dan gas. Perpindahan panas air pendingin kondensor dengan uap bekas turbin adalah contoh perpindahan panas konveksi.

c. Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas diantara zat-zat yang tidak bersinggungan secara langsung. Pada perpindahan panas secara radiasi, energi panas dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik dalam lintasan garis lurus pada kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya.

Gelombang panas berjalan melintasi ruangan dan bila menerpa objek, panasnya dapat diserap oleh objek terebut atau dapat pula dipantulkan kembali. Panas dari api ke dinding pipa air boiler atau panas uap yang mengalir didalam pipa sebagian akan hilang adalah contoh perpindahan panas secara radiasi.

1. Zat dipanaskan dari (1) ke (2).
t
DQ = m x kj x
2. Zat dipanaskan dari (2) ke (3).
Q = m x jk
3. Zat dipanasi dari (3) ke (4).
t
DQ = m x jk x
4. Zat dipanaskan dari (4) ke (5).
Q = m x kj
5. Zat dipanasi dari (5) ke (6).
t.
DQ = m x kj x





























Gambar 6, diagram T – h perubahan wujud suatu zat karena pemanasan



Entalpi dan Entropi
Enthalpy adalah kandungan panas total pada suatu zat. Entalpi diberi simbol h (heat) dan harganya dipengaruhi oleh tekanan (p) dan temperature (T).

h = kj/kg

Entropy adalah perbandingan panas dengan temperatur mutlaknya. Entropi diberi simbol s dan satuannya kJ/kg.K
s = h/T

Contoh:
C.
°C dan 290°Berapakah perbedaan panas yang dikandung 2 kg uap jenuh pada temperatur 105

Jawab :

C
°Dari tabel, uap jenuh pada temperatur 105

hg = 2684 kj/kg

C
°pada temperatur 290

hg = 2768 kj/kg

Perbedaan panas yang dikandung untuk 1 kg uap jenuh adalah
= 2768 kj/kg- 2684 kj/kg
= 84 kj/kg.

untuk 2 kg uap = 2 kg x 84 kj/kg
= 168 kj/kg
= 168 kj